Tanah Palestina adalah salah satu hasil perjuangan Sultan Abdul Hamid II pada masa Turki Utsmani.
Sejarah tanah Palestina merupakan salah satu perjuangan Sultan Abdul Hamid II dalam menjaga warisan umat Islam pada masa Turki Utsmani. Sebagai salah satu kesultanan yang memiliki sejarah yang paling Panjang, Turki Utsmani juga mengurai kisah-kisah kesultanan yang heroik yang berpusat di Istanbul Turki.
Sultan Hamid II menjadi satu-satunya tokoh tokoh yang menolak mentah-mentah sebagian wilayah Palestina diberikan kepada bangsa Yahudi, yang merupakan permintaan tokoh pendiri negara zionis Israel, Theodore Herzl.
Sifatnya yang tegas, membuat musuh-musuh Islam pun tak henti-hentinya mengganggu kekuasaan Sultan Abdul Hamid II. Pada masa pemerintahannya, ia bahkan harus berhadapan dengan berbagai ancaman dari orang-orang Yahudi Dunamah yang ingin mendongkel kekuasaannya.
Strategi Israel Menduduki Palestina
Beberapa strategi dilancarkan oleh kaum Yahudi untuk menembus dinding kesultanan Turki Ustmani dengan tujuan untuk memasuki Palestina. Bahkan sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina, namun hal itu ditolak oleh beliau dan tidak mengijinkan mereka untuk menetap di Palestina.
Mendengar desas-desus tersebut, Theodore Herzl memberanikan diri untuk menemui Sultan Abdul Hamid II dengan meminta izin mendirikan gedung Al-Quds, kemudian hal itu dijawab oleh Sultan dengan penolakan lagi.
Meskipun telah ditolak mentah-mentah selama dua kali kaum Yahudi tidak berputus asa mereka tetap melakukan usahanya. Kemudian terjadilah konferensi Basel 29-31 Agustus 1897 untuk merumuskan strategi baru menghancurkan kesultanan Turki Utsmani.
Pembaharuan Kebijakan
Akibat gencarnya serangan tersebut, pada tahun 19
00 Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan keputusan dan memerintah kepada peziarah Yahudi untuk tidak tinggal di tanah Palestina selama 3 bulan dan jika lebih harus diperbaharui paspor yang harus disetujui kekhalifahan terkait. Kemudian pada tahun 1901 Sultan mengeluarkan keputusan untuk mengharamkan tanah kepada Yahudi di Palestina.
Tanah Palestina adalah milik hak umat Islam, Sultan Abdul Hamid II tidak mengijinkan sepeserpun untuk menjual tanah Palestina Karena ia merasa dia bukan pemiliknya. Menurutnya, umat Islam sudah berjihad demi kepentingan Palestina.
Ia pun berani untuk mengorbankan diri untuk lebih memilih menusukkan pedang ke tubuhnya daripada harus melihat tanah Palestina yang dikhianati dan dipisahkan dari khilafah Islamiyah.
Yahudi Gencarkan Gerakan Zionis
Sejak saat itu kaum Yahudi terus menggencarkan gerakan zionisme nya dengan tujuan untuk menumbangkan Sultan. Mereka menggunakan jargon-jargon seperti kemerdekaan, kebebasan dan sebagainya untuk meruntuhkan pemerintahan Abdul Hamid II yang disebut sebagai “hamidian absolutism”.
Walaupun begitu, Sultan Abdul Hamid II terus memimpin kekhalifahan Turki Utsmani dengan memerintah di tengah kepungan kelompok Yahudi, anggota-anggota freemason dan aktivas-aktivitas liberal sekuler, hingga peradaban Islam kemudian pudar pada dan akhirnya pada 1984 menjadi negara sangat sekuler. Pada 10 Februari 1918 dengan menjabat sebagai khalifah kesultanan Turki Utsmani selama 30 tahun, Sultan Abdul Hamid II pun meninggal dan setelah itu tidak ada lagi Sultan Turki Utsmani yang memiliki kecakapan berpikir dan keberanian untuk melawan Yahudi seperti yang ia lakukan. (Thereegazialp.blogspot.com)
https://www.fraksipkb.com/2016/03/03/jelang-ktt-lb-oki-cak-imin-serukan-dukung-kemerdekaan-palestina-lebih-bergema/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar