Daftar Blog Saya

10 Sep 2021

Sultan Alp Arslan - The Lion Of Manzikert

 

Sultan Alp Arslan "Battle Of Manzikert".



      Sultan Alp Arslan,"The Lion Of Manzikert"


 Pada Tahun 1064 M Sultan Saljuk Pertama,Tughril Bey Wafat.Sepeninggalan Sultan Tughril Bey,Sultan Saljuk Berikutnya Dijabat Oleh Keponakannya Sendiri Yakni Sultan Muhammad Bin Daud Chaghril Bey,Yang Bergelar "Alp Arslan" (Singa Yang Gagah Berani).Dibawah Pepemimpinan Alp Arslan Kesultanan Saljuk Terus Melakukan Perluasan Wilayah.

         Tantangan Di Utara Dan Selatan.

 Di Sebelah Selatan,Perang Dengan Dinasti Syi'ah Fhatimiyah Demi Mengurangi Rongrongan Dan Pengaruh Syiah Di Wilayah Kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah.wilayah Aleppo,Mesir,Yerusalem,Dan Ramallah Berhasil Diambil Alih Dari Kekuasaan Syiah Fatimiyah.

 Sementata Di Utara,Sultan Alp Arslan Terus Mengerahkan Pasukan Besarnya Untuk Menuju Georgia Dan Armenia.Hal Itu Dilakukan Demi Memancangkan Panji-Panji islam Di Tanah-Tanah Kekuasaan Kekaisaran Byzantium (Romawi Timur).


               Romanus Yang Berbeda.

 Karena Hal Itulah,Yang Pada Akhirnya Memaksa Kaisar Byzantium Constantinus IX Untuk Menyepakati Gencatan Senjata Dengan Kesultanan Saljuk Dan Memberikan Keleluasaan Bagi Saljuk Untuk Menguasai Wilayah Armenia Dan Georgia,Termasuk Kota Caesarea Yang Dulunya Milik Byzantium.

 Dan Pada Tahun 1068 M Romanus IV Diogenes Naik Takhta Sebagai Kaisar Imperium Byzantium Yang Baru Untuk Menggantikan Kaisar Constantinus IX Yang Meninggal Karena Sakit.

Kaisar Romanus IV Diogenes Yang Baru Saja Dilantik Langsung Melakukan Perombakan Besar Pada Struktur  Pemerintahan Dalam Kekaisaran.Hal Itu Dilakuakan Demi Manahan Laju Mundur Imperium Byzantium Yang Hebat Dan Begitu Nyata.

Kebijakan Romanus IV Antara Lain,Dengan Menambah Anggaran Militer Dengan Jumlah Yang Sangat Besar,Melakukan Penguatan Militer,Dan Membersihkan pejabat-Pejabat Korupsi Serta Menyingkirkan Pejabat Yang Berkhianat Kepada Negara,Dan Ia Juga,Terus Meningkatkan Stabilitas Keamanan Diseluruh Perbatasan Wilayah Negara Dengan Mengerahkan Ribuan Pasukannya Untuk Berpatroli Secara Rutin Diwilayah Perbatasan.Pengamanan Dilakukan Lebih Ketat Di Wilayah Yang Bersinggungan Dan Berbatasan Langsung Dengan Wilayah Kekusaan Kesultanan Saljuk.


 Setelah Memimpin Byzantium Selama 1 Tahun Penuh.Dan Berjuang Keras Menahan Laju Kemunduran Imperium Byzantium Yang Hebat.Pada Tahun 1069 M Kaisar Romanus IV Menugaskan Keponakannya Manuel Comnenus Untuk Memulai Ekpedisi Melawan Kesultanan Saljuk.Dalam Ekpesisinya Manuel Comnenus Bersama 78.000 Pasukannya Hierapolis Bambyce Di Syria.Dan Memukul Mundur Serangan Saljuk Ke Iconium,Akan Tetapi Mauel Comnenus Berhasil Ditangkap Oleh Sultan Alp Arslan.

Namun Sangat Disayangkan Sultan Alp Arslan Lebih Memilih Jalan Damai Dengan Byzantium Setelah Kemenangannya Menawan Manuel Comnenus.

Mengapa Sultan Alp Arslan Lebih Memilih Jalan Damai Dengan Byzantium?

Salah Satu Penyebabnya Adalah Karena Sultan Alp Arslan Lebih Menghawatirkan Perkembangan Daulah Syi'ah Fatimiyah Di Mesir.Sehingga Beliau Tidak Mau Ada Permusuhan Di Front Utara Dan Front Selatan.


Awal Mula Kecurangan Romanus Diogenes.


 Pada Awal Februari 1071 M,Kaisar Romanus IV Mengirim Utusan Untuk meperbaharui Perjanjian Damai.Utusan Romanus IV Diterima Dengan Baik Dikesultanan Saljuk,Mengingat Alp Arslan Perlu Menstabilkan Perbatasan Utara Yang Bersinggungan Langsung Dengan Byzantium (Romawi Timur).

Setelah Melakukan pembaharuan Kesepakatan Damai,Sultan Alp Arslan Segera Memerintahkan Jendralnya Untuk Mengakhiri Pengepungan Provinsi Eddesa Yang Dikuasai Byzantium.

Setelah Mengakhiri Pengepungan Provinsi Eddesa,Sultan Alp Arslan Bersama Pasukannya Langsung Bergerak Menuju Selatan Dan Menyerang Aleppo Dan Suriah Yang Kembali Diduduki Oleh Dinasti Syi'ah Fatimiyah.Akan Tetapi Ada Maksud Tersembunyi Dibalik Perjanjian Damai Antara Byzantium Dan Kesultanan Saljuk.

Ternyata Perjanjian Itu Hanya Tipu Muslihat Kaisar Romanus IV Diagones Untuk mengalihkan Perhatian Sultan Alp Arslan Ke Selatan.Kini Romanus IV Dapat Dengan Bebas Mengerahkan Ratusan Ribu Balatentaranya Untuk Merebut Kembali Banteng-Banteng Peninggalan Romawi Di Daerah Armenia Sebelum Kesultanan Saljuk Menyadarinya.200 ribu Tentara Romawi Telah Bergerak Tanpa Disadari Oleh Sultan Alp Arslan,Pada Awal Bulan Agustus 1071 M Ekpedisi Byzantium Yang Sangat Besar Itupun Dimulai.Ekspedisi Militer Ini Dipimpin Langsung Oleh Kaisar Romanus IV.Dalam Ekpedisi Itu Romanus IV Ditemani Oleh Panglima Andronicus Ducas,Yang Diakhir Pertempuran Meninggalkan Kaisar Romanus IV Di Medan Perang.Sebanyak 200.000 Pasukan Gabungan Romawi Timur Dan Eropa Diberangkatkan Dari Konstantinopel Menuju Asia Kecil (Anatolia).

 

 Dalam ekspedisi militernya itu, Pergerakan menuju Asia Kecil merupakan perjalanan yang sangat panjang dan juga berat, sehingga Kaisar Romanus IV memutuskan untuk membawa rombongan kereta kuda pribadinya yang sangat mewah, karena hal inilah para pasukannya menjadi tidak simpati kepada diri sang Kaisar. Selain itu, penduduk lokal juga menderita kerugian yang sangat parah, akibat penjarahan yang dilakukan oleh pasukan bayaran Franks, yang terpaksa dibiarkan oleh Kaisar Romanus IV.


Setelah melakukan perjalanan berat yang sangat panjang dan melelahkan, Kaisar Romanus IV memutuskan untuk beristirahat, Kaisar bersama Ratusan Ribu Balatentaranya beristirahat di Sebasteia ditepi Sungai Halus, dan mereka baru sampai Theodosiopolis pada 23 Agustus 1071 M. Disana Kaisar dan Para Jenderal berdebat hebat untuk memutuskan Strategi apa yang akan mereka gunakan untuk menghadapi Turki Saljuk.


Sebagian Jenderal Romanus IV, mengusulkan untuk langsung masuk ke wilayah Saljuk sebelum Alp Arslan menyadarinya, akan tetapi Jenderal Nicephorus Bryennios mengusulkan untuk bertahan dan memperkuat posisi pasukan Romawi, Setelah melakukan perdebatan alot yang sangat panjang dan juga panas, pada akhirnya Kaisar Romanus IV memutuskan untuk terus maju dan masuk ke wilayah Saljuk.


Pertimbangan Kaisar Romanus IV untuk terus maju adalah, karena Kaisar sangat yakin bahwa Alp Arslan sedang berada di tempat yang jauh dan tidak akan datang, dan setelah berlangsungnya perdebatan itu, Romanus IV Bersama pasukannya terus maju hingga ke Danau Van dengan harapan dapat merebut wilayah Manzikert secara cepat, bahkan mungkin saja dapat merebut benteng Khilat. Akan tetapi Tanpa sepengetahuan Kaisar Romanus IV, Sultan Alp Arslan justru sudah sampai di sekitar area tersebut dan diperkuat oleh 20.000 pasukannya yang berasal dari Aleppo dan Mosul.


 Lebih jauh lagi, pengintai Alp Arslan sudah mengetahui persis kekuatan Romawi serta posisi Kaisar Romanus IV, sedangkan Romanus IV sendiri sama sekali belum menyadari akan pergerakan dan posisi Sultan Alp Arslan. Dan pada 25 Agustus 1071 M Kaisar Romanus bersama 200.000 pasukannya telah memasuki Manzikert yang dengan mudah ia kuasai, hal ini langsung direspon oleh pihak saljuk dengan mengirimkan utusan untuk berdamai, namun sayang utusan Alp Arslan tidak mendapatkan penerimaan yang baik ditenda Mewah Kaisar Romanus IV.


Kaisar Romanus IV berpendapat bahwa saat ini adalah kesempatan dia untuk mengalahkan Saljuk dan mengusirnya dari tanah-tanah Romawi, dirinya berpikir bahwa penundaannya akan sangat mahal, terutama untuk memobilisasi pasukannya yang akan sangat menguras banyak kas keuangan Byzantium. Keesokan harinya pada hari Jum'at 26 Agustus 1071 M (27 Dzul Qa'dah 463 H) 200.000 pasukan Byzantium sudah bersiap dalam formasi tempur dan terus bergerak merangsek masuk kedalam wilayah Kekuasaan Kesultanan Saljuk.


Kini, Pasukan Byzantium bergerak dalam 4 Lini Formasi Tempur, dengan lini kiri Pasukan Byzantium yang dipimpin oleh Jenderal Nicephorus Bryennios dan lini kanan pasukan dipimpin oleh Jenderal Theodore Alyates, Sementara dilini tengah pasukan dipimpin langsung oleh Kaisar Romanus IV dan lini pasukan cadangan dipimpin oleh Panglima (Andronicus Ducas). Salah satu kesalahan terbesar Kaisar Romanus IV adalah mempercayakan lini pasukan cadangannya dipimpin oleh Panglima Andronicus Ducas mengingat Ducas penuh catatan negatif.


Setelah melihat pergerakan Pasukan Byzantium dalam jumlah yang sangat besar, dengan cepat Sultan Alp Arslan langsung mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 20.000 personil saja. Pada awalnya Sultan Alp Arslan cukup Gentar setelah melihat betapa megah dan besarnya jumlah Pasukan Byzantium yang dibawa Kaisar Romanus IV, namun seorang ulama yang bernama Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik Al Bukhari menasihati Sultan: ia berkata  “Sesungguhnya engkau berperang dalam membela agama Allah, dan Allah telah menjanjikan kemenangan untuk menolong agamanya, dan Allah akan memenangkan agamanya atas semua agama. Saya berharap Allah yang maha kuasa telah menuliskan kemenangan ini atas namamu. Maka hadapilah mereka di jam-jam saat para Khatib Jum'at sedang berdoa di atas mimbar, sebab mereka berdoa untuk kemenangan kaum mujahidin.”


Ketika memasuki waktu Jum'at, Sultan Alp Arslan ditunjuk menjadi imam shalat Jum'at oleh pasukannnya. Setelah selesai melakukan Shalat Jum'at, Sultan menangis yang diikuti isak tangis para pasukannya. Lalu Sultan mengangkat tangannya ke langit dan berdoa yang di aamiin kan oleh seluruh pasukannya. Kemudian Sultan berdiri dan berkata dengan lantang!.


“Siapa saja yang ingin meninggalkan tempat ini, maka tinggalkanlah. Sebab di sini, tidak ada seorang sultan yang menyuruh kamu datang dan melarang kamu pergi.”


Kemudian Sultan mengambil busur dan anak panahnya serta mengambil pedang tajamnya. dan merenung sejenak. Kini didalam benak Sultan sudah tidak ada lagi bayangan keindahan dunia yang tersemat. Kemilau emas dan perak, wanita-wanita yang cantik, Istana besar yang mewah, taman-taman yang asri dan tempat tidurnya yang empuk. Kini yang terlintas di hati dan pikirannya hanyalah bayangan kematian, bayangan bertemu dengan Allah dan Rasul yang sangat ia rindukan. Lalu setelah itu ia memakai pakaian putih-putih dan bersumpah untuk berjuang hingga titik darah penghabisan sembari berkata!


“Jika saya terbunuh, maka pakaianku yang akan menjadi kafanku!” ujar Alp Arslan kepada seluruh Pasukannya!


 Detik-detik penentuan pun mulai berdetak, kedua belah pihak pasukan dari dua Kekuatan tersebut telah saling berhadap-hadapan, Jumlah Pasukan yang tidak seimbang dan hembusan angin yang sangat kencang, semakin menambah suasana medan pertempuran yang kian mencekam.


 Sebelum perang dimulai, Sultan Alp Arslan kembali turun dari Kuda Putihnya dan ia bersimpuh dan bersujud kepada Allah, ia berdoa untuk yang kesekian kalinya dan meminta kemenangan dari Yang Maha Pemberi Kemenangan,,, lalu tanpa berlama-lama genderang perang pun mulai dibunyikan oleh Pasukan Romawi sebagai tanda perang telah di mulai, dengan sigap Sultan Alp Arslan langsung memerintahkan pasukannya untuk segera membentuk formasi tempur dalam bentuk Bulan Sabit.


Pasukan panah Saljuk menghujani barisan lawan dengan panah, yang membuat lini tengah pasukan Byzantium mundur perlahan dan kedua lini sayapnya melebar. Namun Hujan panah berhasil diserap oleh lini tengah Byzantium. Setelah hujan panah reda, Dengan segera Kaisar Romanus IV memerintahkan 45.000 pasukan Kavaleri Berat Berkudanya untuk maju dan menghantam pasukan Saljuk. 45.000 pasukan Kavaleri Berat Berkuda Byzantium di bawah pimpinan Jenderal Joseph Tarchaneiotes itu maju dengan sangat cepat bagai air bah yang keluar dari bendungan.


Namun seolah menjawab doa Sultan, setengah pasukan berkuda Byzantium terbunuh, dan Jenderal Joseph Tarchaneiotes berhasil ditawan. Adalah sebuah kesalahan fatal jika mengirimkan pasukan berkuda saja untuk menghadapi pasukan inti Saljuk. Tidak terasa waktu terus berjalan, hingga matahari sudah nampak di ufuk barat, namun perang belum juga dapat dimenangkan oleh Byzantium yang secara kacamata Militer unggul secara jumlah pasukan, logistik, pengalaman tempur, dan juga peralatan militer.


Berkali-kali pasukan Byzantium mengajak pasukan Saljuk untuk bertempur jarak dekat, tetapi tidak pernah diladeni oleh pasukan saljuk. Sultan Alp Arslan menyadari jika ia meladeni untuk melakukan pertempuran jarak dekat maka Pasukannya akan sangat mudah dikalahkan oleh pasukan Byzantium. Saat itu Matahari sudah hampir terbenam, Kaisar Romanus IV pun mengeluarkan perintah kepada seluruh pasukannya untuk segera mundur dari medan pertempuran.


Namun pasukan lini cadangan yang seharusnya melindungi manuver pasukan lini tengah untuk mundur, tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya.

 

 Panglima Andronicus Ducas sengaja meninggalkan Kaisar Romanus IV di gelanggang pertempuran, dan seketika Kaisar Romanus IV telah berada dalam ancaman yang sangat besar. Peluang yang ditunggu-tunggu oleh Sultan Alp Arslan telah tiba, dan ia melepaskan seluruh pasukannya yang selama ini bermanuver mundur untuk maju sekuat-kuatnya ke arah lini tengah yang tidak lagi memiliki perlindungan.


Lini sayap kanan Pasukan Byzantium langsung hancur akibat serangan terarah pasukan Saljuk, Sementara, lini sayap kiri Pasukan Byzantium dibawah Jenderal Bryennios bertahan lebih lama dan berjuang mati-matian menjaga lini tengah yang didalamnya ada diri Sang Kaisar, namun lini sayap kiri Byzantium juga segera hancur lebur oleh serangan cepat pasukan Saljuk. Setelah hancurnya kedua lini pasukan. lini tengah Byzantium menjadi semakin terkepung. Kesatuan pasukan bayaran Varangian juga setia melindungi diri Kaisar Romanus IV walau mereka seperti pulau kecil yang dikelilingi samudera Saljuk.


Keesokan harinya pertempuran telah berakhir dengan kemenangan telak dipihak Saljuk, setengah pasukan Byzantium terbunuh oleh tombak dan pedang Pasukan Saljuk, dan hanya sedikit yang selamat, Sementara Kaisar Romanus IV berhasil ditahan. Namun ketika Kaisar diserahkan kepada Alp Arslan, ia tidak menyangka bahwa orang yang terluka dan berdebu yang sekarang berada dihadapannya adalah seorang Kaisar dari sebuah Imperium Besar, (Romawi Timur).


 Sultan Alp Arslan memperlakukan Kaisar Romanus IV dengan sangat baik dan kembali menawarkan klausul perdamaian yang sama dengan yang pernah ia tawarkan sebelum terjadinya pertempuran. Romanus IV ditawan selama satu pekan, dimana ia diperbolehkan menyantap hidangan satu meja dengan Sultan, sambil merundingkan klausul perdamaian. Kota benteng Antioch, Edessa, Hieropolis, dan Manzikert diserahkan kepada Saljuk. Hampir seluruh wilayah tengah Anatolia tak disentuhnya padahal sudah tidak ada lagi kekuatan Byzantium yang mampu mempertahankannya.


 Pada hari terakhir Kaisar ditahan, Sultan Alp Arslan bertanya kepadanya.

(Alp Arslan bertanya) "Menurutmu apa yang akan kamu lakukan bila aku yang menjadi tawananmu?" (Romanus menjawab) "Mungkin aku akan membunuhmu, atau menggiringmu dengan penuh kehinaan di jalan-jalan Kota Konstantinopel". (Alp Arslan membalas) "Hukumanku lebih berat daripada itu, engkau kumaafkan dan kubiarkan pergi!" Ujar Sultan.

.

Setelah mendengar ucapan Sultan, Kaisar langsung berdiri dan memberi minum kepada Sultan sebagai tanda penghormatan, setelah itu dia bersujud dan mencium tanah dihadapan Sultan dan juga mencium tanah yang menghadap ke arah Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad sebagai tanda ketundukan. Permintaan Alp Arslan sejumlah 10 juta keping uang emas untuk pembebasannya dirasanya terlalu mahal sehingga sultan turunkan menjadi 1.5 juta keping emas saja, dengan diikuti pembayaran upeti sebesar 360.000 keping emas per tahun.


Sultan juga memberikan hadiah yang sangat banyak kepada Kaisar, serta memberinya bekal perjalanan sebanyak 1000 Keping Emas Dinar untuk kembali ke Konstantinopel, dan memerintahkan kepada 2 orang jenderalnya sebagai pendamping, serta 100 orang pasukan berkuda Mamluk sebagai pengawalnya hingga ke Konstantinopel. Ibnu Katsir menerangkan bahwa pasukan yang  mengawalnya membawa panji yang bertuliskan "لا اله الا الله محمد رسول الله".


Kekalahan ini adalah bencana dan kehancuran besar bagi Byzantium. Jalan menuju Konstantinopel lewat Anatolia telah terbuka dengan lebar, dan Kesultanan Saljuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Hanya dalam 20 tahun setelah berlangsung nya pertempuran Manzikert, Kesultanan Saljuk berhasil menguasai sebagian besar Anatolia.


Ibrah yang bisa kita ambil dari pertempuran ini adalah, Keimanan dan Keyakinan Sultan Alp Arslan telah membuktikan kekuatannya yang tak terbatas, terbukti ketika Alp Arslan berhasil menghancurkan kekuatan Pasukan Romawi, yang baik secara jumlah, pengalaman serta peralatan tempurnya jauh diatas pasukan Saljuk.


Baca Juga : 

Pertempuran AIN JALUT Dinasti Mamluk Ngelahkan Mongol


Barakallah Sultan Muhammad Bin Daud Chaghir Bey (Alp Arslan).

.

The End. "(AFG)"

.

Refrensi : 

1. Battle Of Manzikert. (Markham, Paul)

2. A History of the Crusades. (Steven Runciman)

.

📝 Andi Theresya

3 Sep 2021

Pertempuran AIN JALUT Kehancuran Kekuasaan Mongol

 

Kehancuran Mongol Oleh Pasukan Muslimin.


(Pertempuran Ain Jalut terjadi pada tanggal 3 September 1260 di Palestina antara Bani Mamluk yang dipimpin oleh Qutuz dan Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan Kitbuqa. Wikipedia)


 Pembumihangusan Baghdad pada medio abad ke-13, tepatnya pada 1258 M, oleh bangsa Mongol di bawah kepemimpinan Hulagu Khan, menjadi pukulan telak. Ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah, Baghdad seketika luluh lantak. Ratusan ribu penduduknya dibantai. Berbagai fasilitas umum, termasuk perpustakaan, madrasah, masjid, dan rumah sakit setempat, dihancurkan tak tersisa.



Kendati demikian, kekalahan telak tersebut tak menyebabkan semangat juang umat Islam. Aliansi jenderal Ruqnuddin Baibars al- Bunduqdari, petinggi militer Ayyubiyah yang membelot sangat ingin membendung serbuan Mongol di wilayah kekuasaan Islam dan Dinasti Mamluk di Mesir sukses mengalahkan pasukan Mongol.

Dalam pandangannya, Sultan Saifuddin Quthuz di Kairo jauh lebih kesatria daripada sang cicit Shalahuddin Al Ayyubi, An Nashir dalam menghadapi gertakan Hulagu. 

Pertempuran antara pasukan aliansi Islam dengan tentara Mongol tersebut dikenal dengan Perang Ain Jalut. Perang Ain Jalut terjadi pada 25 Ramadhan 658 H, atau bertepatan dengan 3 September 1260 M.


Baca Juga:

Sejarah Khalifah Abbasiyah


Pertempuran ini memperhadapkan Bani Mamluk Mesir dengan Mongol. Kesultanan Islam itu dipimpin Saifuddin Quthuz, sedangkan balatentara aliansi Mongol dikomandoi seorang Kristen Nestorian yang bernama Kitbuqa Noyan.

Banyak sejarawan memandang, palagan ini termasuk salah satu pertempuran yang penting dalam sejarah. Sebelumnya, bangsa Mongol selalu memenangkan perang sehingga leluasa mencaplok satu per satu wilayah di sekujur Asia. Bangsa dari timur ini bahkan mampu menghan curkan Baghdad, ibu kota Kekha li fahan Abbasiyah yang juga salah satu jantung peradaban Islam pada abad ke-13.

Dengan reputasi demikian, Mongol menyebarkan ketakutan pada pihak-pihak lawannya. Namun, Dinasti Mamluk tidak gentar. Dari Kairo, Quthuz membuktikan bahwa kaum Muslimin masih berdaya untuk berjuang merebut kembali kehormatan dan harga diri.

Hasilnya, Lembah Ain Jalut menjadi saksi bisu kemenangan umat Islam. Untuk pertama kalinya sejak era Genghis Khan, balatentara Mongol mengalami kekalahan telak. Mereka tak mampu membalas Mamluk, sebagaimana dahulu banyak negeri-negeri Muslimin dilumatnya. 

Pada 658 H atau 1260 M, Sultan Quthuz dengan diiringi Baibars mulai menggerakkan pasukannya ke Palestina. Sesampainya di Gaza, mereka berpapasan dengan sekelompok kecil pasukan Mongol. Dengan cepat, Baibars dapat mengalahkannya. Kemenangan Muslimin ini, walaupun singkat, cukup berdampak pada moral kubu musuh.

Mamluk Vs Mongol Pertempuran Ain Jalut Di Palestina.



Dari Gaza, Quthuz dan rombongannya terus bergerak ke arah utara melalui Jalur Acre. Dalam ekspedisi ini, mereka juga bertemu dengan tentara Salib. Awalnya, kaum Salibis menawarkan bantuan untuk menghadapi Mongol. Namun, Quthuz atas saran dari Baibars menolaknya. Baginya, pasukan Kristen itu tak bisa dipercaya. Mengingat, salah satu sekutu utama Mongol justru berasal dari kaum Nestorian, yang dipimpin Kitbuqa Noyan.



Hingga saat itu, raja Mamluk ini belum mengetahui bahwa Hulagu Khan telah meninggalkan Suriah. Hulagu terpaksa berangkat ke Karakoram untuk menghadiri pemakaman seorang tetua Mongol, Mongke Khan. 



Menurut tradisi Mongol, ketika seorang senior mangkat, para pangeran mesti berkumpul di pusara mendiang serta mengadakan rapat untuk menentukan siapa penerusnya.



Nyaris seluruh prajurit utama Mongol yang ada di Suriah ditarik untuk mengiringi kepu langan Hulagu. Itu menandakan, pemimpin Mongol ini menganggap enteng kekuatan pasukan Quthuz. Tampuk kepemimpinan pasukan yang akan menghadapi Muslimin diserahkannya kepada Kitbuqa.

Pasukan Mamluk akhirnya sampai di Nazareth. Quthuz tidak langsung mengumumkan perang, tetapi mengatur terlebih dahulu penem patan prajuritnya. Sekelompok orang ditugaskan untuk menjadi mata-mata. Begitu mereka kembali, raja Mamluk itu pun mengetahui, musuh yang akan dihadapi kini dikomandoi seorang Nes torian, Kitbuqatanpa keterlibatan langsung Hulagu Khan. Ini berarti, kekuatan pasukan berkuda Mongol berkurang cukup signifikan.


Memasuki bulan suci, semua perencanaan perang sudah siap. Quthuz menyusun komposisi pasukan utama. Mereka diarahkan untuk sementara bersembunyi di bukit-bukit sekitar Ain Jalut. Komando berada langsung di bawah Baibars.



Pada 15 Ramadhan 658 H, kedua belah pihak telah siap berperang. Quthuz mulai menerapkan strateginya dengan memancing musuh agar sampai ke Ain Jalut. Kelompok-kelompok pasukan berkuda, dengan mengusung bendera Mamluk, mulai mendekati pasukan Mongol. Gerakan mereka lincah. Tugasnya bukan menyerang, tetapi mengelabui lawan agar mengejarnya.

 

Benar saja, puluhan ribu pasukan aliansi Mongol, Nestorian, dan sekutunya berduyun-duyun maju. Mereka bagaikan air bah yang menerjang keras. Didorong percaya diri yang besar, mereka yakin dapat melumatkan pasukan Muslimin dengan sekali tebas.

Seolah-olah, kemenangan sudah di depan mata. Balatentara musuh akhirnya memasuki Lembah Ain Jalut. Melihat pemandangan itu, Quthuz langsung memekikkan kalimat takbir, Allahu akbar! Begitu aba-aba dikibarkan, pasukan Mamluk seketika menyerang balik. Keadaan ini berhasil mengejutkan Mongol dan aliansinya.

Pasukan yang semula menyerbu dengan buas, kini terpaku kebingungan. Ternyata, jumlah prajurit Islam sebanding dengan mereka. Bahkan, umat Islam tampak begitu tangguh dan gagah berani dalam pertempuran. Nyali pasukan Mongol-Nestorian ini ciut. Banyak di antaranya yang berlari ke belakang, tetapi terhalang pasukan-pasukan berkuda Mamluk. Lebih buruk lagi, Panglima Kitbuqa ditemukan sudah tewas. Jasadnya terkapar di atas gelanggang Ain Jalut.



 Pemandangan itu menjungkirbalikkan mental mereka. Sebaliknya, kaum Muslimin semakin berdaya juang untuk mengalahkan musuh. Quthuz memerintahkan pasukannya untuk terus mengejar lawan yang berusaha kabur. Dengan penuh semangat, Panglima Baibars memimpin pengejaran itu. Kekuatan Mongol yang tersisa akhirnya dapat berlindung pada sebuah benteng di Desa Bisan, sekitaran Ain Jalut.

Dalam perang ini, nyaris seluruh 20 ribu pasukan Mongol dan sekutunya tewas. Inilah untuk pertama kalinya penjajah dari Asia Timur itu menderita kekalahan telak sejak era Genghis Khan. Kemenangan Dinasti Mamluk ini juga berarti terjaganya seluruh peradaban Islam dari kepunahansituasi yang mungkin saja terjadi akibat serbuan membabibuta orang-orang berwatak nomaden itu.

 

 Menyaksikan pudarnya kekuatan musuh, Sultan Quthuz turun dari kudanya. Ia langsung bersujud syukur. Lisannya mengucapkan hamdalah, memuji keagungan Allah SWT. Setelah itu, raja Mamluk ini memimpin shalat syukur berjamaah. Sebab, tiada daya dan upaya kecuali atas izin Zat Yang Mahakuasa.    


Baca Juga:

Sejarah Baitul Maqdis

22 Agu 2021

Kemenangan Khalid Bin Walid Di Pertempuran Yarmuk 636 (اليرموك)

 

Pertempuran Yarmuk 636.


Pertempuran Yarmuk (Arab: معركة اليرموك) adalah perang antara Muslim Arab dan Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 636. Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke PalestinaSuriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen. Pertempuran ini merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling gemilang, dan memperkuat reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan kavaleri paling brilian di zaman Pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khalifah Rasyidin kedua.(Wikipedia)


Kemenangan Besar Yarmuk.


 "Meskipun peristiwa Yarmuk kurang dikenal saat ini, ini adalah salah satu pertempuran paling menentukan dalam sejarah manusia.."
—George F. Nafziger, Islam at war

"Karena kepemimpinannya di Yarmuk, Khalid bin Walid dianggap sebagai salah satu jenderal terbaik dalam sejarah, dan penggunaan prajurit berkuda selama pertempuran menunjukkan seberapa baik dia memahami potensi kekuatan dan kelemahan pasukan berkudanya."
—David Nicolle, The Muslim Conquest of Syria

Banyak sekali sejarawan militer yang mengatakan bahwa kemenangan Kaum Muslimin di Yarmuk adalah salah satu kemenangan terpenting dalam sejarah umat manusia. Sebab, selain fakta 36 ribu mujahid mampu mengalahkan 250 ribu tentara Romawi, ternyata Yarmuk menandai awal mula lemahnya pengaruh Romawi di Syam.

Lihat saja, ketika berita tentang kekalahan Romawi di Yarmuk itu sampai ke Kaisar Heraclius di Antiokhia, ia merasa hancur dan marah. Heraclius makin frustrasi karena saat itu imperium yang dia pimpin sedang kekurangan sumber daya untuk membalas balik Umat Islam.



  Sejarawan Inggris Geoffery Regan menulis, bahwa Heraclius mengadakan pertemuan dengan para penasihatnya di katedral dan mengamati situasinya. Dia diberitahu hampir dengan suara bulat dan menerima kenyataan bahwa kekalahan itu adalah keputusan Tuhan dan akibat dari dosa-dosa penduduk negeri itu, termasuk dia. (First Crusader: Byzantium's Holy Wars)

Saat itu Kaum Muslimin belum lama dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab. Beliau meneruskan rencana Abu Bakar untuk membuka gerbang dakwah di Syam dan Persia. Salah satu kebijakan Umar yang sangat masyhur adalah menurunkan Khalid bin Walid dari jabatan panglima tertinggi dan mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah menggantikannya.



 Meskipun Khalid dicopot dari jabatannya, beliau tetap setia dan banyak memberi masukan pada dewan panglima. Mata-mata Kaum muslimin menemukan persiapan Romawi. Waspada terhadap kemungkinan diserang dalam keadaan pasukan terpisah, Khalid mengusulkan pada dewan perang dan menyarankan Abu Ubaidah untuk menarik pasukan muslimin dari Palestina dan Suriah Utara serta Tengah untuk memusatkan seluruh tentara muslimin di satu tempat.

Abu Ubaidah memerintahkan pemusatan pasukan di dataran luas dekat daerah bernama Jabiyah, karena penguasaan wilayah itu memungkinkan serangan kavaleri. Tempat itu juga memudahkan kontak jika ada kedatangan bala bantuan dari Khalifah Umar sehingga kekuatan bersatu yang kuat dapat dikerahkan untuk melawan tentara Romawi. MasyaAllah!


Namun, begitu terkonsentrasi di Jabiyah, umat Islam menjadi sasaran serangan dari pasukan Ghassan (kabilah Arab Kristen) yang pro-Romawi. Berkemah di wilayah itu juga genting karena kekuatan Romawi yang kuat ditempatkan di Caeseara dan dapat menyerang bagian belakang Muslimin sementara mereka ditahan di depan oleh tentara Bizantium.

Atas saran Khalid, pasukan Muslim mundur ke Dara'ah dan Dayr Ayyub, menutupi celah antara Ngarai Yarmuk dan dataran lava Harra, dan mendirikan barisan kamp di bagian timur dataran Yarmuk. Sejarawan Walter Kaegi menyebutkan bahwa "Itu adalah posisi pertahanan yang kuat, dan memudahkan manuver muslimin ke Romawi."


Baca juga:Wafatnya Husain Bin Ali Bin Abi Thalib


 Atas kesepakatan dari musyawarah, saat itu kepemimpinan utama dipusatkan di bawah komando Khalid bin Walid. Setelah mengambil alih komando, Khalid mengatur ulang tentara menjadi 36 resimen pasukan pejalan kaki dan 4 resimen pasukan berkuda, dengan elit kavalerinya, serta regu penjaga keliling. Pasukan tengah berada di bawah komando Abu Ubaidah bin Jarrah (kiri tengah) dan Shurahbil bin Hasana (kanan tengah). Sayap kiri berada di bawah komando Yazid dan sayap kanan berada di bawah Amr bin Ash.

Pertempuran besar terjadi selama 6 hari lamanya. Hingga akhirnya di tanggal 20 Agustus 636, Khalid menjalankan rencana serangan yang simpel namun berani. Dengan kekuatan pasukan berkuda yang besar, beliau bermaksud untuk mengusir pasukan berkuda Romawi sepenuhnya dari medan perang, sehingga pasukan pejalan kaki Romawi kalang kabut. Dengan demikian akan terbuka ketika diserang dari sayap dan belakang. Pada saat yang sama, beliau melakukan serangan untuk membelokkan sayap kiri tentara Bizantium dan mendorong mereka menuju jurang ke barat.

Epilog :
Hari itu, Allah menganugerahkan kaum muslimin kemenangan yang besar. Pertempuran Yarmuk adalah salah satu pertempuran Islam terbesar, dan memiliki dampak paling besar pada gerakan penaklukan Islam era Khulafaur Rasyidin. Tentara Romawi —yang merupakan tentara terkuat di dunia pada waktu itu— menerima kekalahan yang parah, dan Marwah pasukannya hilang.

Beberapa hari setelah menerima kabar kekalahan, Heraclius pergi ke pelabuhan dan menaiki kapal untuk pulang ke Konstantinopel di malam hari. Kapalnya seharusnya berlayar, dan dia mengucapkan selamat tinggal terakhir ke Suriah :

Selamat tinggal, perpisahan yang panjang untuk Suriah, wilayahku yang indah. Engkau telah dicengkeram musuh kafir sekarang. Damai sejahtera bagimu, hai Suriah—betapa indahnya negerimu bagi musuh.
(Steven Runciman, A History of the Crusades: The First Crusade)
.
Referensi :
1. Ayyamun Laa Tunsa, Tamir Badr
2. Kaegi, Walter Emil (1995), Byzantium and the Early Islamic Conquests, Cambridge University
3. Nafziger, George F.; Walton, Mark W. (2003), Islam at war, Greenwood Publishing Group,
4. Nicolle, David (1994), Yarmuk 636 A.D.: The Muslim Conquest of Syria, Osprey Publishing,

{Theresya}


Baca Juga:

Fathu Makkah (Pembebasan Kota Suci)

18 Agu 2021

10 Muharram Wafatnya Husain Bin Ali Bin Abi Thalib

Gambar Hanya Ilustrasi.



 Terbunuhnya Husain Bin Ali Bin Abi Thalib Di Karbala,Pada Tanggal 10 Muharram 61 Hijriyah.

 Setelah Mu'awiyah Meninggal,Rakyat Syam Membai'at Yazid,Selanjutnya Ia Mengutus Seseorang Ke Madinah Untuk Untuk Mengambil Bai'at Penduduk Madinah.Namun,Husain Bin Ali Dan Abdullah Bin Zubair Enggan Melakukannya.Bahkan Keduanya Pergi Menyingkir Ke Makkah.

Abdullah Bin Zubair tidak Membai'at Yazid Dan Tidak Pula Mengajak Orang-Orang Untuk Membai'at Dirinya.Adapun Husain Dikirimi Surat Oleh Penduduk Kufah,Dan Memintanya Untuk datang Ke Kufah Pada Masa Mu'awiyah,Namun Beliau Tidak Bersedia.Takkala Yazid Dibai'at,Mereka Kembali Berkirim Surat Dan Memintanya Untuk Datang Ke Kufah,Kali Ini Husain Menunjukkan Minatnya.

 Abdullah Bin Zubair Mengusulkan Agar Husain Pergi Ke Kufah,Sedangkan Abdullah Bin Abbas Melarangnya "Jangan Engkau Lakukan Itu Wahai Husain!"

Begitupula Dengan Abdullah Bin Umar Juga Melarangnya "Jangan engkau Pergi Ke tempat Mereka,Sebab Sesungguhya Allah Memberikan Pilihan Kepada Rasulullah Antara Dunia Dan Akhirat,Dan Beliau Memilih Akhirat.Adapun Engkau Adalah Cucu Rasulullah Maka Engkau Tidak Akan Mendapatkan Dunia".

Abdullah Bin Umar Pun Memeluknya.Mata Husain Berlinang Air Mata Ketika Berlalu Meninggalkannya.Abdullah Bin Umar Pun Berkata "Husain Telah Mengalahkan Keinginan Kita Dengan Keinginannya untuk Pergi.Demi Allah,Sudah Ada Pelajaran Dari Kehidupan Ayah Dan Saudaranya".

Jabir bin Abdillah,Abu Sa'id,dan Waqid Al-Laitsi Juga Berusaha Melarang Husain Untuk Pergi.Namun,Husain Tidak Menerima Nasihat Seorang Pun Dari Mereka.Tekadnya Untuk Pergi Ke Iraq Sudah Bulat.

  Abdullah Bin Abbas Masih Mencoba Menghalanginya "kukira Engkau Akan Dibunuh Diantara Istri Dan Anak-anak Perempuanmu Sebagaimana Utsman Dibunuh".

Namun Husain Tidak Menggubis Nasihat Itu,Abdullah Bin Abbas Menangis Tersedu Dan Berkata Disela-Sela Sedu-Sedanya "Engakau Menyenangkan Hati Abdullah Bin Zubair".

 Sewaktu Bertemu Dengan Abdullah Bin Zubair,Abdullah Bin Abbas Berkata "Sudah Kesampaian Apa Yang kau Sukai!,Husain Kini Sudah Meninggalkan mu Dan Hijaz". Lalu Ia Membaca Syair:

"Wahai Engkau,Burung Qanbarah,
Kini Teranglah Langit bagimu
Maka Putihkan Atau Kuningkan Ia
Dan Lukislah Semau-Mu".






  Orang-Orang Iraq Mengirimkan Utusan Yang Membawa Surat Permohonan Agar Husain Segera Datang Ke Iraq.Dikatakan Bahwa Di Irak Banyak Pendukung Ahlul Bait Untuk Di Bai'at Agar Menjadi Imam Dan Diharapkan  Bisa Memimpin Mereka Untuk Menggulingkan Yazid Bin Mu'awiyah


Husain Akhirnya Berangkat Ke Irak Pada Tanggal 10 Dzulhijjah.Ia Disertai Keluarga,Baik Laki-laki Maupun Perempuan Dan Anak-Anaknya.

 Yazid Bib Mu'awiyah Memberi instruksi Kepada Ubaidillah Bin Ziyad Untuk Membunuh Husain.Ziyad Mengirimkan Pasukan Berkekuatan Empat Ribu Orang,Dipimpin Oleh Umar Bin Sa'ad Bin Abi Waqqash.
Berhadapan Dengan Pasukan Yazid Bin Mu'awiyah,Orang-Oranv Irak Kehilangan nyali Dan Meninggalka Husain Dan rombongan Begitu Saja.

Untuk menghindari Bentrokan Senjata,Husain menawarkan Dua Alternatif Kepada Pasukan Yazid.Ia Dan Rombongannya Akan Kembali Ke Makkah Atau Mereka Mengantarkannya Berikut Rombongannya Kepada Yazid.Namun Ziyad Sebagai Atasan Langsung Dari Umar Bin Sa'ad Menolak Tawaran Apapun.Ia Hanya Menginginkan Husain Dan Keluarganya Tunduk Terhadap Kekuasaannya.Dan Pada Akhirnya Husain Dibunuh Dan Kepalanya Diletakkan Di dalam Baskom Untuk Dihadapkan Kepada Ziyad.

 Husain Dan Keluarganya Dibantai Di Karbala,Kisah Pembunuhannya Amat Tragis,Dua Puluh enam Orang Lainnya Meninggal Dalam Pembantaian Di Karbala itu.

Takkala Husain Wafat,Dunia Seakan Berhenti berputar Selama Tujuh Hari.Mentari Seakan Merapat Kedinding Laksana Kain Yang Menguning.Bintang-Bintang Berbenturan,Beliau Wafat Pada 10 Muharram,Terjadi Gerhana Matahari Di hari itu.Ufuk Langit Memerah Selama Enam Bulan Dan Hal Seperti Ini belum Pernah terjadi Sebelumnya.

Qubbatussakhrah.blogspot.com



  Diceritakan Pada Saat itu,Di Bawah Setiap Batu Di Baitul Maqdis Ditemukan Darah Kental.Tumbuhan Yang Berada Di Markas Pasukan Mereka Berubah Merah Laksana Bara.Saat Mereka Menyembelih Unta,Mereka Temukan Di Daging-Daging Tersebut Seperti Bara Api.Dan Setelah Dimasaknya,Ternyata Daging Tersebut Terasa Pahit Seperti Buah "Aiqam".

 Setelah Husain Dan Keluarga Wafat,Dan Dikirim Kepalanya Kepada Yazid Bin Mu'awiyah.Awal Mulanya Ia Bergembira Atas Wafatnya Husain Dan Rombongan.Namun,Belakangan ia menyesalkan Perbuatan Itu Karena Kaum Muslimin Sangat-Sangat Membenci Perbuatannya Itu.Tidak Heran Karena perbuatan Itu Biadap Yang Layak Dibenci.

Naufal Bin Abil Furat Bercerita:"Aku Sedang Bersama Umar Bin Abdul Aziz Bersama Seorang Lelaki Yang Bicara Tentang Yazid,Dan Orang Itu Berkata "Amirul Mukminin Yazid Bin Mu'awiyah Berkata..." Spontan Umar Bin Abdul Aziz Menyergah. "Engkau berkata Amirul Mukminin?"  Umar Lalu menyuruh Mencambuk Orang Itu Sebanyak Dua puluh Kali".


Wallahu a'llam.



Sumber: Tarikh Khulafa, Imam as-Suyuthi, hlm. 222-225

Penulis:Andi Theresya


Sejarah Baitul Maqdis

 Andi Theresya


Baitul Maqdis,Al-Aqsha-Palestina.



Sejarah Baitul Maqdis.

.

  Israil. Begitu gelar yang diberikan bagi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim, yang berarti hamba atau kekasih Tuhan. Ia memiliki 12 anak lelaki yang kelak semua keturunannya ini disebut dalam Al-Qur’an dengan nama Bani Israil. Keduabelas anak ini berasal dari 4 ibu. Lea melahirkan Ruben, Simeon, Lewi dan Yehuda. Bilha melahirkan Dan dan Naftali. Zilpa melahirkan Gad dan Asyer. Sedang Rahel melahirkan Yusuf dan Benyamin.

Dari Al-Qur’an kita memahami bahwa kisah Yusuf dimulai ketika saudaranya yang mendengki, berkonspirasi menyingkirkan Yusuf dari keluarga mereka, yang berakhir dijualnya Yusuf sebagai budak, lalu setelah serentetan fitnah dan ujian, Yusuf menjadi Bendahara yang dipercaya oleh Fir’aun mengatasi paceklik yang melanda. Singkat cerita, Yusuf lalu memaafkan saudaranya, mengundang ayah dan saudara-saudaranya untuk tinggal di Mesir.

Bani Israil pun beranak pinak di Mesir, membawa millah Ibrahim, hidup dan beraktivitas di Mesir sampai Yusuf wafat, selepas itu Fir’aun yang tak suka dengan tauhid yang dipegang oleh Bani Israil, mulai mendzalimi mereka, menjadikan mereka budak, sebab bertentangan dengan keyakinan Mesir yang saat itu memuja dewa-dewi.

Tampillah Musa, anak lelaki yang lolos dari perintah pembunuhan anak-anak lelaki Bani Israil, yang justru dibesarkan di dalam keluarga kerajaan Fir’aun. Ia menerima wahyu, lalu memimpin Bani Israil menuju ke tanah yang dijanjikan oleh Allah di Ardhul Muqaddas (Tanah Suci). Musa lalu memimpin Bani Israil dengan ragam mukjizat mulai dari tangan yang bercahaya hingga terbelahnya lautan, namun tetap saja Bani Israil ada yang mengkhianati Musa.

Kita ketahui bahwa Bani Israil yang sudah lama berinteraksi dengan kebudayaan syirik di Mesir, dan itu mempengaruhi mereka, maka muncullah sifat-sifat yang tak pernah ada sebelumnya, yakni serakah dan pengecut. Musa menunjukkan mukjizat yang banyak, tapi tak menghalangi mereka mengolok-olok Musa saat tentara Fir’aun di belakang mereka dan lautan di depan mereka, bahkan membuat sesembahan patung sapi untuk disembah saat Musa pergi menerima perintah Allah.

Walau Bani Israil ini adalah kaum pembangkang, Musa tetap membimbing mereka. Sampai di hadapan mereka tanah terjanji, mereka diminta oleh Allah untuk memasuki tanah tersebut, namun mereka menolak, sebab takut akan penduduk yang mendiami tanah itu, yang mereka sebut gagah perkasa. Lebih kurang ajar lagi mereka mengatakan pada Musa untuk berperang berdua saja bersama Tuhan, sedang mereka menunggu sambil duduk saja, bila sudah selesai, mereka baru mau memasukinya.

Maka Al-Qur’an menyampaikan, sebab tingkah mereka itu, Allah mengharamkan negeri itu, tanah suci yang sudah dijanjikan itu bagi mereka selama 40 tahun. Mereka tak mampu memasuki tanah itu melainkan hanya berputar-putar seperti orang tersesat. Dalam masa itu, berkali-kali Al-Qur’an menceritakan tentang sikap buruk kaum Musa itu, yakni tidak puas dengan pemberian Allah, meragukan Allah hingga melihat dengan mata sendiri, dan lain sebagainya.

Wafatlah Harun dan Musa, dan kepemimpinan akan Bani Israil diberikan pada Nabi Yusya’ bin Nun yang kemudian memimpin Bani Israil memenangkan peperangan dan masuk ke Ardhul Muqaddas, kemudian membagi wilayah itu menjadi 12 bagian sesuai dengan jumlah anak-anak Israil. Tiap-tiap wilayah ditunjuklah seorang hakim, dan Nabi Yusya’ sendiri menjadi hakim kepala diantara mereka.

Masa ini terus berlanjut dengan diwarnai pertikaian diantara mereka, Nabi Yusya’ wafat dan digantikan Nabi lain. Dan di masa-masa ini, Bani Israil yang berinteraksi dengan penduduk setempat mulai diwarnai dengan ajaran-ajaran yang bertentangan dengan ajaran Nabi Yusya’ mulai memiliki sifat yang jelek, menyelisihi bahkan membunuhi para Nabi, hingga tiba masa Nabi Samuel, hakim kepala terakhir.

Di masa inilah Bani Israil meminta agar mereka tidak hanya dipimpin oleh Nabi, tapi juga mempunyai seorang raja, sebagaimana kerajaan yang mereka jumpai memiliki seorang raja, alasan lain, agar mereka lebih semangat berperang di jalan Allah. Maka diangkatlah Thalut menjadi raja Bani Israil, namun mereka pun kembali mengolok-oloknya dengan kata-kata miskin, mereka lebih berhak dan sebagainya, dan tidak pula mereka berperang sebagaimana janjinya kecuali hanya segelintir saja.

Zaman para hakim berganti menjadi zaman para raja Bani Israil, hingga masa Daud yang menjabat Nabi sekaligus raja bagi Bani Israil. Nabi Daud memiliki keturunan yaitu Nabi Sulaiman, inilah masa kejayaan Bani Israil, dimana Sulaiman membangun Haikal atau Kuil Suci tempat menyembah Allah di Baitul Maqdis.

Sepeninggal Nabi Sulaiman, Kerajaan terpecah menjadi dua. Yeroboam yang merupakan jenderal Bani Israil, tidak menerima kepemimpinan Rehoboam yang merupakan keturunan Nabi Sulaiman. Dari sini muncul Kerajaan Yehuda dengan ibukotanya Yerusalem yang dipimpin oleh Rehoboam, dan Kerajaan Israel dengan ibukotanya Samaria yang dipimpin oleh Yeroboam. Kerajaan Yehuda di bagian selatan didukung oleh bani Yehuda dan bani Bunyamin, sementara kesepuluh bani lainnya mendukung Kerajaan Israel di bagian utara.

Perang saudara berkelanjutan pun terjadi, dan situasi ini dimanfaatkan Kerajaan Assyria yang akhirnya menaklukkan Kerajaan Israel di bagian utara pada 722 SM, lalu mengusir banyak penduduknya, menamatkan Kerajaan Israel dari dunia, lalu mengepung Yerusalem ibukota Kerajaan Yehuda. Sebelum sempat menguasai Kerajaan Yehuda, Kerajaan Assyria dikalahkan oleh Kerajaan Babilonia yang dipimpin Nebukadnezar II, menaklukkan Kerajaan Yehuda pada 597 SM.

Haikal Sulaiman dihancurkan oleh pasukan Babilonia setahun selepasnya pada 596 M, penduduk-penduduknya dibawa sebagai tawanan ke Babilonia, sisanya lari ke Mesir dan wilayah sekitarnya. Bani Israil banyak yang hidup di kota Babilonia sebagai tawanan, namun mereka tetap menjalankan tradisi keagamaan mereka sebagai orang-orang Kerajaan Yehuda, yang mulai dikenal dengan kepercayaan Yahudi.

Pada 539 SM Kerajaan Persia menyerbu Babilonia, Raja mereka Cyrus Agung tidak hanya mengirim pulang tawanan Yahudi, tapi juga mengembalikan Yerusalem pada mereka, dan memerintahkan mereka untuk kembali membangun Haikal Sulaiman. Pembangunan ini pun diselesaikan pada 516 SM di masa pemerintanan Darius Agung.

Demikian Yerusalem tetap menjadi kota ibadah bagi kaum Yahudi, berganti pemerintahan demi pemerintahan, sampai Alexander Agung menaklukkan Persia pada 332 SM, masuklah Yerusalem dan orang-orang Yahudi pada masa penguasaan Imperium Yunani.

Posisi kaum Yahudi menguat pada masa kekuasaan Yunani, dan dibawah pemeritahan yang baru mereka berhasil menguatkan dasar-dasar pemerintahn. Akhirnya kaum Yahudi ortodoks memberontak kepada Antiokhos IV Epiphanes dibawah pimpinan Matatias dan kelima anaknya pada 168 SM, disusul pendirian Kerajaan Hashmonayim pada 152 SM oleh Simon Maccabee.

Jenderal Romawi Pompeii, mencatatkan diri untuk turut campur pada Kerajaan Yahudi baru ini pada 63 SM, hingga pengaruh Romawi bisa membuat Kerajaan Hashmonayim ini digantikan oleh pemerintahan Romawi sampai pada masa penguasaan Herodes sekitar 4 M.

Dalam pendudukan Romawi ini, Yahudi sering menjadi korban kedzaliman penguasa Romawi, pajak yang berlebihan dibalas dengan penyerangan terhadap opsir Romawi, yang dibalas lagi dengan perusakan tempat-tempat ibadah kaum Yahudi. Pemberontakan tak terelakkan, yang berakibat pada titah Kaisar Vespasian untuk memerangi dan menumpas pemberontakan di Yerusalem pada 69 M.

Pimpinannya adalah anaknya sendiri, Jenderal Titus, yang menghabisi kota Yerusalem pada 70 M, meratakan Haikal Sulaiman yang dibangun kembali pada masa Darius, membakar dan menghancurkannya hingga tak bersisa kecuali sebidang tembok yang sekarang diratapi kaum Yahudi.
Felix Siauw Official:
Tidak selesai sampai disitu, kaum Yahudi terus berkonsolidasi. Di masa pemerintahan Kaisar Hadrianus, kaum Yahudi menemukan diri mereka kembali terdzalimi, agama mereka tidak boleh dipraktekkan, lalu mereka menduga bahwa Kaisar Hadrian akan membuat kuil buat Dewa Jupiter diatas reruntuhan Haikal Sulaiman yang telah dihancurkan pada 70 M, maka pecahlah pemberontakan Bar Kokhba pada 132 M yang diselesaikan oleh Kaisar Hadrian pada 135 M.

580.000 orang Yahudi terbunuh dalam penuntasan pemberontakan ini, 50 kota benteng dan 985 desa diratakan dengan tanah. Ini peristiwa penting bagi sejarah Yahudi . Sebab dari sinilah kaum Yahudi berpencar ke seluruh dunia, yang dikenal dengan diaspora. Peristiwa ini kelak akan diceritakan turun temurun, diingat oleh generasi demi generasi, dendam yang akan dibalaskan kepada dunia pada waktunya, dengan kekejaman yang melebihi semua yang pernah diingat oleh manusia.

Kota itu diganti namanya oleh Kaisar Hadrian menjadi Aelia Capitolina, dan daerah Kerajaan Yehuda, yaitu Yudea diganti namanya menjadi Syria-Palaestina, untuk memberikan wajah baru bagi kota yang kini dikuasai penuh oleh Romawi, Yahudi tidak boleh memasuki kota ini kecuali setahun sekali saat mereka merayakan hari raya Tisha B’Av.

Selanjutnya, kaum Yahudi ini menyebar ke segala penjuru dengan Laut Mediterania sebagai medium penyebarannya. Mereka hidup dan tinggal di masa Imperium Romawi, yang karena kedzaliman Romawi di satu sisi, juga karena keserakahan kaumnya disisi yang lain, kaum Yahudi ini selalu mendapatkan masalah.

Disisi lain, ketika Kaisar Konstantin dari Byzantium berkuasa, ia lalu menjadikan Yerusalem yang awalnya ibukota Kerajaan Yehuda, menjadi ibukota bagi penganut Kristen, agama yang baru saja diresmikan sebagai agama negara melalui Konsili Nicea pada 325 M. Maka wajah Yerusalem berubah, sebab Romawi banyak mengusir Yahudi di kota itu sehingga seolah-olah yang tinggal disana hanya orang Kristen. Dibangunlah monumen-monumen penting Kekristenan seperti Gereja Makam Suci.

Yerusalem jatuh ke tangan Persia pada 614 M dengan bantuan Yahudi, sejarah mencatat pembantaian banyak orang Kristen pada saat itu, seolah pembalasan dendam, ikon-ikon Kristen dihancurkan, sampai pada tahun 629 M Kaisar Heraklius berhasil merebut kembali Yerusalem dan mengembalikan Salib Suci ke Gereja Makam Kudus.

Saat Nabi Muhammad saw lahir pada 570 M, kaum Yahudi juga sudah menyebar di pemukiman-pemukiman orang Arab, di Madinah setidaknya ada Yahudi Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani Qainuqa. Yahudi terus menerus memprovokasi kaum Muslim, memunculkan makar untuk mengganggu kaum Muslim, sampai akhirnya Rasulullah saw mengusir mereka secara permanen dari Haramain.

Orang Arab mengenalnya dengan nama Iliyya, tapi Yahudi masih menyebutnya dengan Yerusalem. Rasulullah kemudian mengenalkan nama baru bagi tempat ini, yakni Baitul Maqdis. Disana terdapat Masjidil Aqsha, tempat Rasulullah melakukan perjalanan malam. Sebagai kiblat pertama kaum Muslim saat shalat, tempat ini sudah berada di hati mereka yang beriman.

Pada masa Khalifah Umar bin Khaththab, kota ini dikepung oleh Abu Ubaidah selama 6 bulan, dan akhirnya Patrik Sophronius setuju untuk menyerahkan kunci, asalkan kepada Khalifah Umar bin Khaththab. Tahun 637 Umar menerima kunci ini dari Patrik Sophronius, sekaligus menandai perpindahan status tanah ini dari dikuasai oleh Romawi, menjadi dalam kekuasaan kaum Muslim.

Umar memberikan jaminan bagi penduduk Kristen yang ada disana, juga mencabut larangan berkunjung bagi Yahudi yang sebelumnya hanya diperbolehkan setahun sekali mengunjungi Yerusalem. Umar kemudian menata ulang kompleks Al-Aqsha yang juga menjadi posisi Haikal Sulaiman, dan menjamin semua manusia bebas beribadah di dalamnya sesuai keyakinan masing-masing.

Begitulah Islam memberikan ketenangan pada Yerusalem, yang lalu lebih populer dengan Baitul Maqdis. Ketenangan menyelimuti kota para Nabi itu untuk beratus-ratus tahun lamanya dalam pimpinan Islam dan kaum Muslim.

Tak jauh dari sana, Turki Saljuk, pasukan Muslim yang mulai dikenal di Anatolia diserang oleh Kaisar Romanos IV Diogenes di Manzikert pada 1071 M. Pasukan Romawi harus mengakui keunggulan strategi Sultan Alp Arslan yang memimpin pasukan hanya setengah dari jumlah pasukan Romawi, Kaisar ditawan, lalu dikembalikan ke Konstantinopel dalam keadaan terhina, dikawal dengan bendera tauhid.

Kejadian ini kelak akan memicu Perang Salib yang diserukan di Italia. Pada 1099 M, Yerusalem kemudian dikuasai oleh kaum Kristen, penduduk Muslim dan Yahudi pun tak luput dari pembantaian. 1187 M Salahuddin Al-Ayyubi membebaskan kota ini kembali ke tangan kaum Muslim, dan tetap mengizinkan Yahudi dan Kristen tetap berada di kota bersama-sama dengan kaum Muslim.

Demikian dari masa Khulafaur Rasyidin, berganti ke Khilafah Umayyah, Khilafah Abbasiyyah, sampai dengan Khilafah Utsmaniyyah, kaum Muslim mendapatkan amanah yang sangat besar untuk menjaga kota yang mulia ini.

Di masa kekuasaan Islam, Yahudi diperlakukan dengan baik walau mereka tak henti membuat makar untuk menjatuhkan kaum Muslim, mereka dilindungi di negeri-negeri kaum Muslimin, walau di Eropa, mereka seringkali diusir dari tempat mereka tinggal, tersebab kaum Yahudi ini adalah kaum yang memang sangat eksklusif dan membuat masalah kemanapun pergi.

Di awal-awal Islam saja, Rasulullah sudah banyak menghadapi makar Yahudi, yang paling besar tentu saja saat Perang Ahzab. Tidak selesai sampai disitu, Yahudi menanamkan agen-agennya diantara kaum Muslim yang menyebabkan terbunuhnya Khalifah Umar, lalu mengadu kaum Muslim dan menimbulkan perpecahan diantara mereka hingga terbunuhnya Khalifah Utsman dan Khalifah Ali bin Abu Thalib.

Yahudi terus membuat masalah kemanapun berada, bayangkan saja, dari tahun 250 – 1948 M, lebih dari 80 kasus pengusiran dan anti-Yahudi terjadi di belahan Eropa, meliputi Inggris, Prancis, Austria, Jerman, Lithuania, Spanyol, Portugal, Bohemia, Moravia, dan 71 negara lainnya.

Dalam Al-Qur’an, Allah memberi beberapa contoh keburukan kaum Yahudi ini, yakni keras hati, dzalim dan fasik, membunuhi para Nabi, bersikap lancang dan kurang ajar kepada Allah dan para Nabi, melanggar perjanjian, membangkang, menyembunyikan kebenaran, munafik, senang kemewahan, serakah, sombong dan memandang rendah manusia selain mereka, melakukan kerusakan di muka bumi, dan pengecut.

Begitulah manusia manapun tidak akan tahan dengan sifat yang semisal ini. Namun dilain sisi kaum Yahudi juga pekerja keras, pintar dan bersatu diantara mereka, hingga mereka mampu menguasai porsi yang besar dari kekuatan finansial, hingga mereka memiliki daya tawar yang sangat besar di dunia.

Al-Qur’an dan Al-Hadits juga terbukti benar, bahwa kaum Yahudi ini sangat tidak ridha dengan kaum Muslim, dan melakukan apapun untuk menghancurkan kaum Muslim, salah satunya dengan terlibat aktif dalam studi Orientalisme yang dumulai pada abag ke-14, sebagai bagian dari perang pemikiran untuk mencari kelemahan kaum Muslim lalu menghancurkan kaum Muslim dari situ.

Maka mereka mendapatkan racun-racun yang bisa mereka susupkan pada kaum Muslim, dan memulai pembusukan dari dalam. Mereka memberikan racun pemikiran liberalisme, kritik pada autensitas Al-Qur’an dan Al-Hadits, ilmu kalam, menanamkan kebanggaan ashabiyyah termasuk di dalamnya nasionalisme, serta banyak hal lainnya.

Perang pemikiran ini berhasil, kaum Muslim menjadi melemah, dan Khilafah Islam yang merupakan kesatuan Islam di masa itu mulai rapuh, disebabkan ada usaha pemberontakan dan memisahkan diri dari tubuh yang satu akibat racun sukuisme dan nasionalisme. Belum lagi karena kelemahan internal kaum Muslim yang memang saat itu sudah jumud dan justru tercengang dengan kemajuan barat sejak Rennaisance, semuanya menyebabkan Khilafah Islam Utsmani yang berpusat di Istanbul seolah seperti orang sakit, Sick Man of Europe.

Tahun 1860 Lahir seorang Yahudi berkebangsaan Hungaria yang kelak akan dikenal sebagai Bapak Zionis, Theodore Herzl. Yang menulis buku Der Judenstaat pada 1896 yang berarti Negara Yahudi. Sebuah entitas yang mereka damba-dambakan setelah hampir 900 tahun lamanya mereka hidup seperti gelandangan, tanpa kesatuan dan tanpa tanah air, Herzl ingin mengembalikan kembali kejayaan Kerajaan Yehuda.

Dalam bukunya itu dia menulis visinya “Karenanya aku meyakini bahwa generasi cemerlang dari kaum Yahudi akan kembali bersemi, Maccabeans (Yahudi pendiri Kerajaan Hashmonayim) akan kembali bangkit. Mari aku ulangi sekali lagi kalimat pembukaku, kaum Yahudi yang menginginkan negara sendiri, akan memilikinya”.

1897. Diselenggarakanlah Konggres Zionis I di Basel, tidak lanjutnya adalah mengumpulkan uang untuk membeli tanah untuk cikal bakal Negara Yahudi. Tentu saja tanah yang dipilih adalah Tanah Terjanji, yaitu Palestina, dengan Yerusalem sebagai ibukotanya, seperti dulu Kerajaan Yehuda. Sponsor sudah mereka dapatkan, yakni keluarga Yahudi yang menguasai perbankan hampir di seluruh Eropa, keluarga Rothchilds.

Datanglah dia ke Istanbul untuk menemui pucuk pimpinan Khilafah Utsmani, yang dianggap empunya tanah Palestina yang mereka incar, mereka sampaikan rencana mereka pada Abdul Hamid II, Khalifah kaum Muslim saat itu, dengan iming-iming akan membantu pembayaran hutang Khilafah Ustmani yang saat itu memang membengkak.

Sultan Abdul Hamid II tak ingin menemui Herzl, mengirim pesan kepadanya:

“Beritahu pada para Yahudi yang tak sopan itu, bahwasanya hutang-hutang Utsmani itu bukan merupakan suatu hal yang hina, Prancis pun memiliki hutang dan tidak mempengaruhi mereka, Yerusalem adalah bagian dari tanah kaum Muslim sejak Khalifah Umar menerima tanah itu, dan aku tidak ingin menanggung malu dan beban sejarah dengan menjual tanah suci itu pada Yahudi, lalu mengkhianati amanah dan kepercayaan ummat. Yahudi simpan saja harta mereka, sebab Utsmani tidak akan bersembunyi di balik istana-istana yang dibuat dari uang musuh-musuh Islam”.

1901. Yahudi kembali. Impian itu tidak main-main, kaum Yahudi mencapai puncak kekuatan finansial sebab mengendalikan perbankan, uang bukan masalah bagi mereka. Ditawarkanlah 150 juta pound di masa itu pada Utsmani, setara dengan minimal 305 trilyun rupiah di masa sekarang. Berikut bonus membangun Universitas Utsmani dan kapal perang.

Maka disampaikan lagi pesan dari Sultan Abdul Hamid II kepada Herzl,

“Nasihati Dr. Herzl, agar jangan sekali-kali lagi meneruskan proyek ini. Aku tak bisa berikan tanah itu, tanah itu bukan milikku, Tanah itu milik ummat, yang telah berjihad dan telah menyiraminya dengan darah mereka, yahudi silakan simpan uang mereka. Jika Khilafah Islam dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil tanah Palestina tanpa membayar. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku, daripada tanah itu dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islam. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup".

1914. Khilafah Utsmani terjebak mengikuti perang dunia pertama yang berakhir pada kekalahan pihak Jerman dan Khilafah, setelah itu wilayah khilafah dipecah menjadi negara-negara yang lebih kecil dan diserahkan kepengurusannya kepada UK dan Prancis selaku sekutu pemenang perang. Dari sinilah petaka kaum muslimin dimulai.

1916. Pasca Perang Dunia 1, Inggris dan Perancis menandatangani perjanjian Sykes-Picot membagi wilayah Muslim setelah Khilafah Utsmani (Ottoman) kalah. Mengetahui perkembangan ini, Lord Lionel Walter Rothcilds segera menyurati pemerintah Inggris, berkonsultasi tenatng keinginannya dan gerakan Zionis untuk tinggal di tanah Palestina seperti ajuan Herzl.

Pada tanggal 2 November 1917, pemerintahan Inggris menyetujui pendirian Negara Yahudi di tanah Palestina lewat Deklarasi Balfour. Deklarasi ini sekaligus mengawali pemerintahan militer di tanah Palestina dengan Jendral Allenby yang ditugaskan Inggris untuk melindungi eksodus penjajah Yahudi ke tanah Palestina.

Begini Bunyi Deklarasi Balfour,
Departemen Luar Negeri 2 November 1917

Lord Rothschild yang terhormat, Saya sangat senang dalam menyampaikan kepada Anda, atas nama Pemerintahan Sri Baginda, pernyataan simpati terhadap aspirasi Zionis Yahudi yang telah diajukan kepada dan disetujui oleh kabinet.

“Pemerintahan Sri Baginda memandang positif pendirian di Palestina tanah air untuk orang Yahudi, dan akan menggunakan usaha keras terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, karena jelas dipahami bahwa tidak ada suatupun yang boleh dilakukan yang dapat merugikan hak-hak penduduk dan keagamaan dari komunitas-komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, ataupun hak-hak dan status politis yang dimiliki orang Yahudi di negara-negara lainnya”.

Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini untuk diketahui oleh Federasi Zionis.

Salam, Arthur James Balfour.

Tak lama setelah itu, pada Desember 1922. Liga Bangsa Bangsa (League of Nations) yaitu cikal bakal PBB (United Nations), kemudian memberikan landasan yudisial yang lebih kuat bagi Inggris dengan memberikan mandat pengaturan wilayah Palestina (Mandate For Palestine).

Setelah itu, eksodus kaum Yahudi pun meningkat pesat, sedikitnya 1,3 juta kaum Yahudi bermigrasi dari seluruh dunia ke tanah Palestina, sejak saat itu, kaum Muslim di Palestina menjadi stateless (tidak memiliki negara dan hak asasi manusia), diusir dan dibunuh tanpa ada pembelaan dari siapapun.

Puncaknya, pada 29 November 1947, PBB mengumumkan persetujuan berdirinya negara Israel yang diamini oleh Amerika Serikat yang baru menjadi pemimpin dunia dengan memenangi Perang Dunia 2, keputusan PBB Itu bahwa wilayah Israel yang meliputi 55% tanah Palestina, yang diikuti dengan deklarasi pendirian negara Israel oleh PM pertama David Ben-Gurion pada, yang segera melakukan pengusiran dan pembunuhan lebih besar lagi kepada kaum muslim di Palestina.

Setelah Negara Israel berdiri, negara-negara tetangga Palestina yaitu Mesir, Yordan, Libanon dan Siria mengumumkan perang kepada Israel, perang ini terjadi pada tahun 1948, 1956, 1967 dan 1973. Perang Arab-Israel ini banyak sekali tipudaya di dalamnya dan hanya membuat mitos seolah-olah Israel tidak terkalahkan, dan ini juga bukti pengkhianatan pemimpin-pemimpin muslim (Mesir, Yordan dan Libanon) di wilayah tetangga Palestina.

Terlebih setelah perang 6 hari di tahun 1967, wilayah Israel bahkan bertambah menjadi 70%. Dan setelah itu, hingga hari ini, Israel dengan brutal menginvasi wilayah Palestina hingga menguasai lebih dari 90% wilayah Palestina. Silakan di daftar sendiri kekejaman dan kebiadaban yang ditunjukkan oleh Negara Israel dan sekutunya, maka kita akan mengetahui, beginilah ketika kaum yang dimurkai Allah memiliki kekuasaan.

Sekarang kita mengetahui, bahwa Inggris adalah yang pertama kali memberikan jalan kepada Yahudi untuk masuk ke tanah Palestina dan membuat konflik lewat keputusan Liga Bangsa-Bangsa. Setelah Perang Dunia 2, Amerika Serikat melalui Persekutuan Bangsa-Bangsa memberi nyawa kepada Negara Israel. Ibarat keluarga, Negara Israel itu bapaknya Inggris, ibunya Amerika, bidannya PBB.

Dan kita juga jadi mengetahui bahwa solusi bagi konflik Israel-Palestina bukanlah pendirian 2 negara sebagaimana yang diusulkan oleh Amerika dan PBB, yang tiap resolusinya pun selalu dicurangi oleh Israel, yang tiap tahun mereka senantiasa melakukan penjarahan tanah kaum Muslim.

Masalahnya adalah penjajahan, Israel tak punya hak atas sejengkal pun tanah disana. Jangankan Baitul Maqdis, Tel. Aviv saja bukan milik mereka, sebab mereka hanya penjajah yang mengambil tanah kaum Muslim, penjarah yang membunuhi para lelakinya dan mengambil kehormatan para wanitanya.

Kita juga jadi mengetahui secara jelas, ini bukan tentang perang saudara, atau hanya terbatas urusan politik, tapi ini adalah tentang agama.

Yahudi dengan sangat jelas mendasarkan pilihan mereka pada tanah Palestina berdasarkan agama yang mereka yakini, agama yang mereka perjuangkan, berdasarkan kitab yang mereka pegang dan percaya, mengapa kita tega mengatakan bahwa ini adalah konflik politik, jelas-jelas ini penjajahan berdasarkan agama.

Bagi ummat Islam, ini pun tentang aqidah yang mereka yakini, bahwasanya Yahudi ini adalah musuh paling sengit bagi kaum Muslim, yang sudah membuat makar pada waktu yang lalu, senantiasa membuat makar, dan akan membuat makar lagi di masa depan, sebab di akhir zaman Rasulullah sampaikan bahwa kita akan berperang dengan kaum Yahudi.

Jelas pula Rasulullah menyampaikan dalam hadits-haditsnya yang mulia tentang keistimewaan tanah Syam dan penduduknya, kelebihan Baitul Maqdis, bahwasanya dia akan menjadi pusat dari Negeri Kaum Mukmin. Bagaimana Masjidil Aqsha dan tanah berkah yang melingkupinya juga disebutkan dalam Al-Qur’an. Ini semua adalah bagian dari agama kita. Kecintaan kita pada Baitul Maqdis berbagi juga dengan Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.

Pertanyaan yang muncul sekarang adalah, bagaimana solusi total masalah Palestina? Kepada siapakah ummat Islam bisa berharap?

Kepada PBB? Ini mustahil karena justru PBB adalah organisasi yang justru memberikan persetujuan dan pengakuan terhadap Israel. Faktanya, sampai sekarang PBB tidak pernah memberikan sanksi kejahatan perang yang telah dilakukan oleh AS dan Israel.

Kepada organisasi HAM dan Demokrasi? inipun bathil, karena HAM dan Demokrasi adalah alat barat yang berstandar ganda, yang hanya berpihak apabila sang empunya yang mendapatkan masalah, dan hanya digunakan untuk menyudutkan kaum muslim.

Kepada AS? Apalagi, karena merekalah selama ini yang menganakemaskan Israel dan memberikan bantuan baik secara fisik dan pengaruh. Obama dalam pidatonya di AIPAC dengan jelas menyampaikan

“Saya berjanji kepada Anda, bahwa saya akan melakukan apapun yang saya bisa dalam kapasitas apapun, untuk tidak hanya menjamin keamanan Israel, tapi juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa maju dan makmur dan mewujudkan banyak mimpi yang dibuat 60 tahun lalu”.

Tidak hanya itu, Obama pun menjamin dana USD 30 miliar untuk membantu persenjataan Israel. Pendahulu Obama, Bush juga mengatakan dengan nada yang serupa ketika menyalahkan HAMAS dalam invasi Israel ke jalur Gaza. Semua pimpinan Amerika senantiasa pada posisi yang sama, jadi jangan heran bila Presiden Trump mengumumkan Yerusalem adalah ibukota Israel, itulah cita-cita mereka sedari dulu.

Bila kita mau jujur melihat pada akar masalahnya, maka kita bisa mengetahui sedari awal bahwa bangkitnya Yahudi sampai mereka mampu mendirikan sebuah Negara Israel adalah karena kaum Muslim terpecah belah, dan tidak lagi disatukan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Selama kaum Muslim bersatu dalam agamanya dalam kepemimpinan Khilafah, maka tanah Palestina dan tanah-tanah kaum Muslim yang lain masih bisa dipertahankan, sebab kita mampu melawan dengan fisik.

Sebab bila seperti saat ini, kaum Muslim terpecah-belah dan tidak memiliki kekuatan sebab mereka tidak jadi ummat yang satu, mereka berselisih hingga Allah mencabut ketakutan dalam diri musuh-musuh Islam, sehingga mereka bisa bertindak semaunya dan sesukanya.

Namun, kita berharap bahwa momen ini menjadi momen persatuan diantara kaum Muslim, yang mulai menyadari bahwa persatuan adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi pada saat-saat seperti sekarang ketika kaum Muslim diperlakukan semena-mena.

Baitul Maqdis adalah milik kaum Muslim, dan tidak akan diserahkan pada siapapun, sebab Allah yang menaruh kecintaan pada tanah itu langsung ke dalam hati mereka yang beriman, maka siapapun yang tidak terpanggil saat Baitul Maqdis ingin dijarah, mereka perlu bertanya, “Bila Allah dan Rasul menyebut-nyebut tempat itu, mengapa tak ada bagi kita kepedulian barang sedikit?”.

Hanya persatuan itu bukan hadiah yang bisa ditebus dengan harga yang sedikit. Kita harus membuktikan pada Allah bahwa kita layak mendapatkannya. Terkadang ini harus dibuktikan dengan lapang dadanya kita untuk bisa bersabar dan berjuang bersama kelompok-kelompok kaum Muslim yang lain. Bisa jadi juga kita buktikan dengan tak lelah menetapi momen-momen persatuan, sampai Allah memutuskan bahwa persatuan itu diberikan pada kita, lalu kita bisa dibangkitkan dengan Islam.



.
.
.
Silahkan Share Atau Copas Jika Malas Ngetik.Agar Lebih Banyak Yang Tahu,Dan Jangan Lupa Cantumkan Sumber Utama,Yaitu:

(Karya Ustadz
Felix Siauw – relawan @sahabatalaqsha,Edisi 17 Desember 2017)
.


.
Penulis: Theresya (Qubbatussakhrah).



15 Agu 2021

Kegemilangan (SAINS Dan TECHNOLOGY) Dan Iktibar Kejatuhan Abbasiyyah

 

Gambar Ilustrasi.


  Untuk Menambah Pengetahuan Dan Wawasan Alangkah Baiknya Jika Membaca Dari Awal Tentang Sejarah "Khalifah Abbasiyyah" Agar Lebih Mudah Dalam Memahami,Mengambil Pelajaran Dan Hikmah : Abbasid Caliphate History الدولة العباسية


-

 PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI PADA ZAMAN KHALIFAH ABBASIYYAH.


FAKTOR PERKEMBANGAN SAINS DAN TEKNOLOGI


1. Aktiviti perterjemahan

- Kegiatan penterjemahan berlaku secara meluas berbanding zaman Bani Umaiyah.

- Aktiviti terjemahan lebih tersusun pada zaman Khalifah al-Makmun.

- Baitul Hikmah telah dijadikan pusat penterjemahan Negara.

2. Galakan para khalifah

- Para khalifah Abbasiyyah mengambil berat tentang bidang ilmu pengetahuan ini.

- Berbagai rancangan telah dilaksanakan seperti mengadakan seminar perubatan, menyediakan peruntukan yang banyak dalam bidang sains dan teknologi serta membina pusat penyelidikan sains seperti membina balai cerap.

3. Globalisasi

- Kegiatan perdagangan telah meluaskan perkembangan ilmu ini dan pembukaan tempat-tempat strategic seperti Kota Sicily di Itali.

- Tempat-tempat ini menyimpan khazanah ilmu pengetahuan terutama ilmu astronomi dan perubatan.

- Kota Andalus telah menjadi kota pertuan masyarakat Eropah dan cendiakawan kerana di kota inilah terdapat ratusan masjid, university dan perpustakaan yang menyimpan mannuskrip.

KESAN PENEMUAN SAINS DAN TEKNOLOGI

- Penemuan-penemuan baru sains dan teknologi ini telah mengubah cara hidup dan status umat Islam

- Member peluang kepada umat iIslam untuk hidup lebih maju berbanding umat yang lain

- Pencapaian mereka ini telah meletakkan mereka diperingkat tertinggi dimata dunia sehingga menarik umat bukan Islam untuk memeluk Islam

- Semangat gigih mereka menuntut ilmu menjadi kita bangga dan saying dengan agama Islam yang kita anuti.

KEPENTINGAN MENGUASAI ILMU SAINS DAN TEKNOLOGI

- Ilmu ini berkembang dengan pesat sekali dan ia menjadi dominasi dalam hidup manusia sekarang

- Umat yang ketinggalan dalam bidang ini akan jauh ditinggalkan dalam arus perdana dunia.

- Umat Islam mesti berusaha melengkapkan diri dengan ilmu-ilmu fardhu ain dan kifayah untuk menghadapi cabaran yang bakal mendatang.

PERKEMBANGAN EKONOMI PADA ZAMAN KERAJAAN ABBASIYYAH


- Kemajuan ilmu pengetahuan pada zaman Abbasiyyah bergantung dengan ekonomi yang kukuh.

- Perpindahan pusat pentadbiran dari Damsyik ke Kota Baghdad telah membawa banyak perubahan.

- Antara keistimewaan Kota Baghdad seperti kedudukan strategik laluan perdagangan antara timur dan barat.

SEKTOR UTAMA EKONOMI

Sektor utama ekonomi Kerajaan Abbasiyyah ialah pertanian, perindustrian dan perdagangan.

1. Pertanian

- Dalam sektor pertanian, Kerajaan Abbasiyyah telah banyak berusaha memajukan bidang ini dengan membaik pulih pasarannya. Antara tindakan yang dilakukan seperti membina saliran, melebarkan sungai dan terusaan, membuka tanah pertanian baharu. Menyediakan penyelidikan serta membuat empangan.

- Pada masa itu, wilayah yang banyak mengeluarkan hasil pertanian ialah Mesir, Syam, Iraq, Yaman, Maghribi, Khurasan dan Andalus.

2. Perindustrian

- Pada masa ini,Kerajaan Abbasiyyah pesat dengan industry pembuatan yang menyebabkan mereka menjadi Negara perindustrian yang terkemuka.

- Antara industry pembuatan yang terdapat ketika itu ialah tenunan, hamparan, permaidani, pinggan mangkuk, barangan kaca, tembikar, mozek serta barangan kulit dan senjata.

3. Perdagangan

- Kemajuan dalam bidang pertanian menyebabkan aktiviti perdagangan berkembang dengan pesat

- Bidang perdagangan ini telah berkembang sehingga ke peringkat antarabangsa. Antara factor yang mendorong kea rah itu:-

A. Perkembangan industry perkapalan menyebabkan pergerakan mudah dan cepat

B. Cerdik pandai muslim ketika itu telah menghasilkan banyak karya hasil daripada penyelidikan yang dilakukan.

C. Pembukaan wilayah-wilayah baru yang member peluang kepada pasaran-pasaran perniagaan.

D. Orang Arab memang terkenal sebagai ahli perniagaan sejak zaman jahiliah Dulu.

E. Selain itu, inisiatif khalifah Kerjaan Abbasiyyah yang mempergiatkan lagi aktiviti perindustrian dengan membina pusat-pusat perniagaan yang dilengkapi dengan kemudahan seperti perigi, membuat rumah api, dan mengetatkan kawalan keselamatan

SUMBER KEUANGAN KERAJAAN ABBASIYYAH

1. Zakat

- Zakat ialah kadar harta yang dikeluarkan oleh orang Islam terhadap harta-harta tertentu yang telah cukup nisabnya menurut syarat-syarat tertentu.

2. Kharaj

- Kharaj ialah cukai tanah milik orang bukan Islam. Cukai ini juga dikenakan ke atas orang Islam yang diperleh melalui peperangan.

- Kadar kharaj ini adalah berdasarkan keadaan tanah.

3. Ghanimah

- Merupakan harta rampasan

- 80% diberikan kepada mereka yang berjuang dan bakinya dibahagi-bahagikan seperti yang dinyatakan dalam al-Quran.

4. Fai

- Merupakan harta yang diperleh melaui pendamaian setelah pihak musuh menyerah kalah.

5. Jizyah

- Bayaran yang dikenakan kepada orang bukan Islam yang menduduki Negara Islam. Apabila individu tersebut memeluk Islam, cukai tersebut tidak perlu dibayar.

6. Usyur

- Usyur ialah satu persepuluh.

- Kadar unu tetap dan dikenakan ke atas kapal perdagangan bukan Islam yang singgah di perlabuhan-perlabuhan Negara Islam untuk tujuan perniagaan.

PERANAN BAITUMALL

- Institusi kewangan Negara yang terbesar

- Diketuai oleh sahib baitumal iaitu pengurus perbendaharaan Negara yang bertugas menguruskan perbelanjaan dan pendapatan Negara

- Tugas-tugas ini dilakukan oleh Dewan al-Kharaj dan an-Nafaqah

- Segala aktiviti kedua-dua dewan ini dilaporkan kepada Baitumal

- Kegiatan Baitumal ini pula dikawal oleh Baitul Usul iaitu jabatan dalam negeri. Dan dewan al-Azimmah iaitu jabatan audit Negara

- Antara peranan Baitumal ialah menguruskan sumbersumber pendapatan Negara seperti al-jizyah, kharaj, usyur dan sebagainya. Selain itu, mengawal perbelanjaan Negara melaui dewan an-Nafaqah seperti perbelanjaan gaji kakitangan kerajaan.

KESAN PEMBANGUNAN EKONOMI TERHADAP RAKYAT

- Kedudukan ekonomi rakyat terjamin dan selamat

- Rakyat dapat menikmati taraf hidup yang berkualiti

- Pendapatan Negara yang tinggi dapat menyediakan prasaraba untuk kebajikan rakyat seperti tali air

- Selain itu, kemajuan ekonomi dapat member peluang pekerjaan kepada rakyat

- Rakyat sesebuah Negara yang maju dan mempunyai system Negara yang maju dan mempunyai system ekonomi yang kukuh akan dihormati dan disegani oleh Negara-negara didunia.


ZAMAN KEGEMILANGAN.

Ilustrasi.



Antara faktor kegemilangan pada zaman Abbasiyyah:-

1. Kestabilan politik

- Kawasan pemerintahan Kerajaan Abbasiyyah sangat luas, meliputi kawasan-kawasan dari sebelah timur, sempadan-sempadan negeri India dan China hingga di sebelah baratnya di lautan Atlantik, sebelah utara negeri Rom manakala di sebelah selatannya ialah Yaman. Baghdad menjadi pusat pemerintahan. Jabatan Khalifah berdasarkan sistem monarki. Khalifah menjadi ketua Negara dengan dibantu oleh ahli-ahli majlis yang dilantik oleh wazir. Sementara di jajahan-jajahan wali-wali sebagai wakil khalifah.

2. Kestabilan Ekonomi

- Kerajaan Abbasiyyah mengambil berat tentang pertumbuhan dan kegiatan ekonomi. Contohnya dengan memberi galakkan sektor pertanian dan bekalan air disediakan di kawasan-kawasan pertanian. Selain itu juga, mereka turut mendirikan kilang-kilang perusahaan dan pemprosesan seperti kilang gandum. Perniagaan dan perdagangan turut berkembang dengan pesat sekali. Baghdad menjadi pusat perdagangan dunia yang masyur pada ketika itu.

3. Ketahanan Sosial

- Hasil dari perkembangan Islam dan keluasan jajahan pemerintahan, kerajaan Abbasiyah telah membawa beberapa perubahan kepada masyarakat. Sebagai contoh, warga Negara terdiri dari pelbagai bangsa seperti Arab, Farsi, Qitbi, Turki dan India. Selain itu, pergaulan semakin bertambah erat sehingga terdapat perkahwinan campur. Kemudahan-kemudahan juga turut diwujudkan seperti hospital-hospital dan jalan raya bagi kemudahan masyarakat pada zaman Abbasiyyah.

4. Ilmu Pengetahuan

- Perkembangan pendidikan di zaman ini lebih pesat berbanding di zaman bani Umayyah, disebabkan di zaman bani umaiyah banyak pemberontakan dari puak syiah khususnya yang perlu ditangani. Berbanding negara islam di zaman abbasiyah yang sudah kukuh dan telah menguasai dua pertiga dunia. Untuk itu perhatian diberikan kepada pendidikan dan ekonomi.

IKTIBAR KEGEMILANGAN ZAMAN ABBASIYYAH

- Menjadi kebanggan semua manusia tanpa mengira agama dan bangsa

- Kemajuan sekarang adalah berasal daripada sumbangan umat Islam terdahulu

- Gerakan pembaharuan bukan berasal dari Itali seperti yang didakwa tetapi dari Andalus dan Sicily

- Perang Salib telah mengalihkan keilmuan Islam, Sains dan teknologi Islam ke Negara Barat.

- Walaupun Barat kalah tetapi mereka telah berpeluang mempelajari pelbagai ilmu dan menterjemahkannya ke bahasa mereka.

- Segala pencapaian yang dilakukan oleh umat Islam terdahulu tidak akan ada maknanya sekiranya kita tidak berusaha mengulanginya.


ZAMAN KEJATUHAN.

Gambar Ilustrasi.



Antara faktor kejatuhan pada zaman Abbasiyyah:-

1. Kelemahan pemerintahan Kerajaan Abbasiyah

- Semasa pemerintahan Al-Wathiq, beliau tidak melaksanakan pembaharuan dalam pemerintahan malah beliau mengekalkan tardisi bapanya dan banyak bergantung kepada pegawai-pegawai Turki.

1. Perpecahan wilayah-wilayah di bawah kekuasaan Kerajaan Abbasiyah

- Pada akhir kurun ke-9 Masihi, kuasa khalifah semakin terbatas. Jawatan-jawatan penting dalam kerajaan seperti menteri, gabenor dan panglima tentera banyak dipegang oleh pegai-pegawai Parsi dan Turki. Ini memberi peluang kepada mereka untuk membentuk kerajaan sendiri seperti Kerajaan Al-Tahiriah, Al- Buwaihiah, Al-Tuluniah dan Al-Saljuqiah.

2. Perebutan kuasa

- Khalifah Al-Mutawakkil melantik tiga orang puteranya iaitu Al-Muntasir, Al-Mu'taz dan Al-Muayyad sebagai putera mahkota (Wali Al-Ahdi). Baginda telah memilih Al-Mu'taz isitu puteranya yang kedua sebagai bakal penggantinya dengan mengetepikan putera sulungnya iaitu Al-Munatasir. Ini menyebabkan perbalahan antara Al-Muntasir dengan Al-Mu'taz. Hal ini memberi peluang pegawai Turki masuk campur dan bertindak sebagai penguasa sebenar kerajaan itu.

3. Kegawatan ekonomi

- Kerajaan Abbasiyah mula mengalami masalah kegawatan ekonomi pada Penggal Ketiga. Rusuhan dan pemberontakan sering kali mengganggu aktiviti perekonomian menyebabkan pedagang luar takut untuk datang ke Baghdad. Akhirnya dana yang terdapat di dalam Baitumal berkurangan dan tidak dapat menampung keperluannya.

4. Perselisihan Aliran Fahaman Keagamaan

- Pemberonak daripada kalangan Syiah dan Khawarij sering mengganggu Kerajaan Abbasiyah. Mereka beriktikad bahawa jawatan khalifah hanya layak disandang oleh pemimpin-peminpin daripada kalangan mereka. Pemberontakan daripada golongan -golongan tersebut menjejaskan suasana dan ketenteraman awam.

5. Serangan dari luar

- Kerajaan Abbasiyah sering diserang oleh musuh dari Utara, Timur dan Barat. Pihak Utara terdiri dari orang Georgia dan Armenia menyerang Azerbaijan dan kawasan -kawasan sekitarnya sehingga mengakibatkan beribu-beribu umat islam dibunuh dan harta benda mereka dirampas. Dari sebelah Barat, Kerajaan Abbasiyah berhadapan dengan ancaman tentera Salib. Pada awalnya serangan tentera Salib dapat ditangkis oleh kerajaan Abbasiyah. Peperangan tersebut menyebabkan Kerajaan Abbasiyah semakin lemah. Terdapat banyak wilayah kecil menuntut kemerdekaan. Umat islam di Andalus telah diusir keluar. Ini memberi peluang kepada Kerajaan Monggul merampas tampuk pemerintahan Baghdad pada tahun 656 Hijrah/1258 Masihi.

IKTIBAR KEJATUHAN ZAMAN ABBASIYYAH.





- Kejatuhan kerajaan Abbasiyyah merupakan sejarah hitam bagi umat Islam

- Sejarah kejatuhan perlu menjadi iktibar agar umat Islam sekarang tidak mengulanginya.

- Umat Islam perlu mengelakkan faktor-faktor kejatuhan umat terdahulu seperti perebutan jawatan ketua, fanatic kesukuan, dan pelbagai aliran fahaman agama.

- Kelemahankelemahan ini mendedahkan Negara kepada ancaman musuh.

KRONOLOGI ZAMAN ABBASIYAH

752M- Bermulanya Kerajaan Bani Abbasiyyah.

755M- Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim.

756M- Abd ar-Rahman I mengasaskan Kerajaan Bani Ummaiyyah Sepanyol.

763M- Penubuhan kota Baghdad. Kekalahan tentera Abbasiyyah di Sepanyol.

786M- Harun al-Rashid menjadi Khalifah.

792M- Serangan ke atas selatan Perancis.

800M- Kaedah sainstifik dicipta. Algebra dicipta oleh Al-Khawarizmi.

805M- Kempen menentang Byzantine. Penawanan Pulau Rhodes dan Cyprus.

809M- Kewafatan Harun al-Rashid. Al-Amin dilantik menjadi khalifah.

814M- Perang saudara di antara Al-Amin dan Al-Ma'mun. Al-Amin terbunuh dan Al-Ma'mun menjadi khalifah.

1000M- Masjid Besar Cordoba siap dibina.

1005M- Multan dan Ghur ditawan.

1055M- Baghdad ditawan oleh tentera Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyyah-Seljuk bermula, yang kekal sehingga tahun 1258 apabila tentera Mongol memusnahkan Baghdad.

1085M- Tentera Kristian tawan Toledo (di Sepanyol).

1091M- Bangsa Norman tawan Sicily, pemerintahan Muslim di sana tamat.

1095M- Perang Salib pertama berlaku.

1099M- Tentera Salib tawan Baitulmuqaddis. Mereka membunuh semua penduduknya.

1144M- Nur al-Din tawan Edessa daripada tentera Kristian. Perang Salib kedua berlaku.

1187M- Salahuddin Al-Ayubbi tawan Baitulmuqaddis daripada tentera Salib. Perang Salib ketiga berlaku.

1194M- Tentera Muslim menawan Delhi, India.

1236M- Tentera Kristian tawan Cordoba (di Sepanyol).

1258M- Tentera Mongol menyerang dan memusnahkan Baghdad. Ribuan penduduk terbunuh.Kejatuhan Baghdad. Tamatnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah


Baca Juga;
IKATAN ISLAM



Sumber Referensi:Abbasid Caliphate History Apk.
                  (  Copyright©️IslamicHistory )
📝 :Wanadam
      :Andi Theresya